KISAH INSPIRATIF : " AHLI SURGA pun MENYESAL "
OK sobat TUJU dimanapun anda berada,,,yang TUJU cintai... (eheeeemm pacaran kali cinta-cintaan).
Pernah gak sobat merasa tergerak hatinya ketika mendengar sebuah kisah yang betul-betul penuh inspirasi? (Ya pasti jawaban nya pernah lah TUJU... )
Sip bagus kalau begitu, berarti sobat masih punya hati dan perasaan hehe... (alias bukan zombie)
(Lah kenapa TUJU bertanya seperti itu, apa TUJU mau ngasih kisah yang bisa menginspirasi?)
Pertanyaan bagus...
Betul sekali Sob, kali ini TUJU mau ngasih kisah yang bisa menginspirasi sobat dalam berbuat baik dan gak tanggung-tanggung dalam melakukan perbuatan itu.
Kisah ini merupakan penggalan sebuah hadis yang cukup panjang, tetapi salah satu penulis TUJU mengambil poin-poin penting nya saja, supaya isi dari kisah ini benar-benar bisa menginspirasi sobat.
OK sob simak baik-baik ya.... begini kisahnya,,,, (mudah-mudahan jadi inspirasi buat sobat)
Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rasulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulang, disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.Kemudian Rasulullah berkata, "tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?" Istrinya menjawab, “saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal."
"Apa yang di katakannya?" "saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Hanya, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."
"Bagaimana bunyinya?" desak Rasulullah. Istri yang setia itu menjawab, "suami saya mengatakan: "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"
Rasulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru," ujarnya.
Kemudian beliau menjelaskan. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.
“Ucapan lainnya ya Rosulullah?" tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab, "adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
“Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri semakin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, "ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang pengemis mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, lalu yang sepotong diberikan kepada musyafir itu. Menjelang saat-saat terakhirnya, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu, dan ia pun menyesal dan berkata “kalau aku tahu begini hasilnya (pahala), musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.”
Memang begitulah keadilan Alloh SWT. Pada hakikatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri. Karena itu Alloh SWT mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Danjika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."(surat Al Isra':7)
Penulis : Fathu Robbani IlyasDikutip : BULETIN DAKWAH QURAN-SUNNAH TANWIR
Bagaimana Sob....?
Dengan kisah diatas, TUJU yakin pasti setelah membacanya sobat akan mulai tergerak hatinya untuk berbuat kebaikan itu jangan setengah-setengah... Ibarat pepatah "KITA AKAN MENUAI APA YANG KITA TANAM" (ini pepatah apa bukan ya sob, ah yang jelas itu yang TUJU ingat hehe)
JANGAN LUPA DITUNGGU ARTIKEL MENARIK BERIKUTNYA YA SOB....SAAT NYA TUJU BILANG......SAYOOONAAARRRRAAAA........
No comments