Breaking News

HARMONI SEMESTA ALAM & ORANG BERAKAL (Bag. 1)


Setidaknya belasan tempat di dalam al-Qur’an, memberitahukan kita bahwa kitab ini telah diturunkan pada orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam fikir (li qaumin yatafakkarun). Fikir bukan saja artinya berpikir, fikir adalah juga berarti merenung dan merefleksikan, mencoba untuk mendapatkan esensi/akar dari sesuatu. Bukan saja mengejar sebuah pengetahuan/ilmu.

Jika kita tidak berpikir dengan sungguh-sungguh merenung dan merefleksikan, berpikir kritis, maka kita akan menerima balasannya. Allah menyebut sebuah kaum yang tidak mengindahkan tanda-tanda-Nya. Yaitu sebuah kaum dimana tanda-tanda dari Allah secara konstan terungkap di dunia namun mereka tidak memperhatikannya, dan Allah memberi sebuah peringatan pada mereka yang tidak mau berpikir dengan cara yang seharusnya:

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami, dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. al-A’raf : 179)

Sejumlah besar umat manusia dan jin akan ditempatkan di api neraka, mengapa? Lahum quluubun laa yafqahuuna bihaa, mereka memiliki hati namun tidak mengunakannya untuk mengejar ilmu, pelajaran.

Wa lahum a’yuunun laa yubshiruuna bihaa, dan mereka memiliki mata namun tidak mampu melihat.

Wa lahum aadzaanun laa yasma’uuna bihaa, dan mereka memiliki telinga namun tidak mampu mendengar. Orang-orang ini sama saja seperti binatang ternak (sesat), bal hum adhallu, dan sebenarnya mereka lebih sesat dari binatang ternak.

Jadi, terlihat dari ayat ini bahwa ada sebuah hubungan antara bimbingan yang benar –yang memberikan sebuah cara hidup dimana anda berjalan di jalan yang lurus– dan sebuah kapasitas untuk berpikir jernih, berpikir kritis.

Ulaaika humul ghaafiluun, mereka adalah orang-orang yang hidup dengan tidak mengindahkan peringatan-Nya. Jika kita tidak bisa mendapatkan kapasitas untuk bepikir kritis, maka harga yang harus dibayar adalah Jahannam. Sudah banyak orang di dunia yang seperti itu hari ini.

Apakah al-Qur’an mengajari kita bagaimana cara berpikir secara benar, bagaimana cara bepikir positif, bagaimana cara berpikir kritis? Mari kita lihat sebuah ayat dalam al-Qur’an yang terdapat dalam surat Ali Imran:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulul albab)... (QS. Ali Imran : 190)

Pada pagi berikutnya di dalam masjid dimana Nabi Muhammad SAW membacakan apa yang telah diwahyukan sebelumnya, beliau menangis karena begitu kuatnya ayat ini mengajari kita bagaimana cara untuk berpikir dengan benar. Allah SWT memulai dengan mengatakan sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang mau yang sungguh-sungguh merenungi dan merefleksikan tentang penciptaan langit dan bumi.

Apa saja tanda-tanda itu? Mari kita ambil salahsatunya saja. Ketika kita melihat ke atas langit malam, kita akan melihat bintang-bintang. Bintang-bintang itu akan tampak bagi mata dan benak yang tak terlatih dan lengah hanya sebuah kumpulan bintang berserakan, namun Allah mengatakan dalam ayat lain:

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan lampu-lampu (bintang-bintang)... (QS. al-Mulk : 5)


Dengan kata lain, Allah telah memerintahkan langit, yaitu langit yang paling rendah, dengan hiasan lampu-lampu. Mengapa Allah menggunakan kata lampu (mashaabih)? Lampu adalah sesuatu yang memberikan kita cahaya sehingga kita dapat melihat ke mana arah berjalan kita. Itu adalah fungsinya lampu. Dan bintang-bintang di atas tersebut adalah ‘lampu-lampu’, dengan kata lain bintang-bintang di langit ada di atas agar kita bisa tahu ke mana arah kita, ke mana harus berjalan.

Misalkan, jika anda sedang berada di sebuah perahu di tengah laut dan anda ingin tahu arah mana yang harus dilalui, anda akan melihat ke langit. Bagi mata yang tak terlatih akan melihat semua bintang-bintang itu tidak ada hubungannya satu sama lain. Namun bagi mata yang terlatih, mereka yang ber-fikir –merenungi dan merefleksikan– akan mempelajari bintang-bintang di langit dan akan melihat semuanya saling berhubungan satu sama lain, saling terkait. Dan sebagai konsekuensinya anda akan memperlajarinya secara komprehensif dengan melihat gambaran keseluruhannya, yakni mempelajari bagaimana bintang-bintang itu saling berhubungan satu sama lain. Dengan begitu anda akan dapat bernavigasi dengan bantuan konfigurasi bintang-bintang di langit.

Ini adalah salahsatu tanda dari Allah SWT, bahwa bintang-bintang tersebut tidak ditempatkan di sana karena kebetulan, dan bukan tanpa alasan yang benar. Tapi hal ini belum cukup, belum selesai sampai di sini. Masih ada tanda-tanda lain yang lebih penting dan lebih mesti dijadikan pengangan dari ayat tersebut.

By Agus Salim,
Sumber : Tanwirnews

No comments