Breaking News

HARMONI SEMESTA ALAM & ORANG BERAKAL (Bag.3) TAMAT

Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 al-Qur’an memberikan petunjuknya, bahwa bagi mereka yang berakal (ulul albab) yang pertama kali mesti dilakukan adalah mereka harus terbiasa ber-dzikir pada Allah –sebagaimana digambarkan al-Qur’an: mereka berdzikir sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring, dimana ini menunjukkan dzikir yang senantiasa berlanjut dan berkesinambungan tanpa henti– sebelum mencoba untuk ber-fikir, yakni berpikir secara kritis.
Wa yatafakkaruuna fi khalqi as-samaawaati wa al-ardh, mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Terlihat jelas dari susunan ayat tersebut bahwa kata fikir disimpan setelah dzikir. Setelah ber-dzikir barulah sekarang mereka ber-fikir. Dan mereka ini memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, bukan hanya dari satu sudut pandang saja, tetapi juga dilihat dari berbagai sudut penelaahan serta implikasi-implikasinya.
Jika anda menggunakan cara ini, anda akan berkesimpulan dan berikrar; Rabbanaa maa khalaqta haadzaa bathilan, Ya Tuhan kami tidak ada yang salah dan sia-sia di alam semesta ini, tidak ada ketidaksesuaian di dalamnya, tidak ada inkonsistensi. Yang ada adalah keharmonisan yang menyeluruh di dalam alam semesta ini, bukan sesuatu yang bersifat hampa, salah, ilusi, tapi harmoni yang memiliki realitasnya sendiri yang dianugerahkan oleh Allah SWT.
Subhaanaka, Maha Suci Engkau yang telah menganugerahkan kita semuanya dengan begitu banyak keharmonisan yang terdapat di alam semesta. Fa qinaa ‘adzaaba an-naar, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Dari sini kita semakin yakin bahwa al-Qur’an adalah bentuk harmoni yang paling indah seperti halnya harmoni keteraturan segala yang Allah SWT ciptakan, harmoni kebenaran yang tanpa ada pertentangan sedikitpun di dalamnya, harmoni kebenaran yang mampu menjelaskan segala sesuatu.
Memang al-Qur’an tetap dapat memberikan berkahnya kepada kita ketika membacanya walaupun tidak paham apa yang dibaca, karena setiap huruf yang dilantunkan mengandung keberkahan, pahala bagi si pembaca. Tetapi jika dengan cara ini kita tetap saja tidak mampu berpikir dengan benar, maka diperlukan tahapan selanjutnya yang harus segera dilakukan.
Bagi mereka yang tidak memperhatikan makna dan implikasi keharmonisan tersebut di alam semesta yang akan berpengaruh kepada manusia dimana kita sekarang mencari keharmonisan itu dalam segala hal yang kita hadapi, Nabi SAW bersabda bahwa akan datang zaman ketika sesuatu akan tampak tidak sesuai dengan yang aslinya, yaitu zamannya Ya’juj-Ma’juj (yang telah dilepas sejak zaman Nabi Muhammad SAW) dan Dajjal al-Masih Palsu, yang datang membawa figur api dan sungai. Namun apinya adalah sebenarnya sungai, dan sungainya adalah sebenarnya api. Dan jika kita tidak memiliki kapasitas untuk berpikir kritis maka kita akan tertipu, sebagaimana hari ini sudah begitu banyak yang tertipu, dan akhirnya kita akan tersesat.
Jadi agar dapat berpikir kritis, kita harus dapat menembus melampaui bentuk tampilan luar dari sesuatu pada bentuk internalnya untuk dapat melihat sesuatu apa adanya, hakikatnya. Dan jika anda melihat sesuatu yang tidak konsisten, sesuatu yang bertentangan dengan keharmonisan alam semesta yang diciptakan dengan al-haq (kebenaran), anda akan tahu bahwa anda sedang melihat sesuatu yang salah/dusta. Anda tahu bahwa hal itu ada hanyalah sebagai jebakan bagi anda.
Jika anda ingin mengejar ilmu, mencari kebenaran, dimana anda harus mulai? Anda harus mulai dari al-Qur’an. Jika anda bukan seorang muslim maka anda harus bisa menentukan apakah benar al-Qur’an itu adalah wahyu dari Allah. Jika anda muslim dan menerima al-Qur’an berasal dari Allah, dimana Nabi Muhammad diutus untuk mengajarkan al-Qur’an, sebuah ajaran yang telah datang dari Tuhan yang satu, maka dengan cara inilah anda bisa mulai untuk mencari ilmu sekaligus kebenaran. Dan ini adalah cara bagaimana sebuah pendidikan Islam mesti dibangun.
Anak-anak kita seharusnya memulai pendidikannya dengan al-Qur’an, menjadi pondasi ilmu dan pendidikan sepanjang hidup mereka, sampai akhirnya peradaban barat modern datang dan memutarbalikkannya dengan memberikan kita pendidikan sekuler, menganggap ilmu pengetahuan adalah netral bebas nilai. Dan menjadikan anak-anak kita menjadi seperti binatang ternak (sesat) tanpa kapasitas untuk berpikir secara kritis, bahkan lebih sesat dari binatang ternak, yang artinya anak-anak kita dan tentunya kita sebagai orangtuanya terancam dengan ayat ini:
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. al-A’raf : 175-179)
By Agus Salim 
Sumber : Tanwirnews

No comments